Mau Jalan-Jalan Puas, Kuy ke Lengkuas !


"Seluruh penumpang yang terhormat, selamat datang di Belitung. Kita telah mendarat di Bandar Udara Internasional H.A.S Hanandjoeddin Tanjung Pandan, ...."
Suara pramugari terdengar samar. Gerak gerik penumpang mulai terdengar dan aku mulai sadar setelah tidur panjang selama penerbangan. Ternyata ada satu hal yang terlewatkan, keindahan belitung dari ketinggian. Ah sial, padahal dari ketinggian keindahan sudah disuguhkan. Akhirnya aku bergegas mengambil barang setelah pesawat mendarat dengan sempurna.
Tapi kali ini aku terheran, ternyata aku baru saja mendarat di sebuah bandara yang ukurannya hanya sepersekian dari Bandara pada umumnya. Diluar bandara, terpampang baliho berbagai hotel yang menawarkan berbagai pilihan penginapan. Juga banyak agen travel yang berbaris di parkiran, sembari menunggu tamu yang sudah memesan perjalanan.
Aku menemui supir agen travel yang akan menemani perjalanan menuju desitinasi yang menawan. Perjalanan terpantau lancar tanpa kemacetan. Birunya pantai dan juga tenangnya suasana perkampungan menjadi teman sepanjang perjalanan.  Setelah kurang lebih satu jam, akhirnya aku sampai di Pantai Tanjung Kelayang. Salah satu pantai yang juga menawan di pulau ini, tapi bukan ini tujuan utama perjalananku.
Perjalanan dilanjutkan dengan menaiki perahu untuk mengarungi laut yang begitu menawan selama kurang lebih 20-30 menit. Sesekali seekor ikan melompat diatas permukaan air layaknya batu yang biasa dilemparkan oleh manusia diatas permukaan air. Aku hanya bisa terperangah dengan Mahakarya nya ciptaan Tuhan. Pulau-pulau kecil tak ubahnya pesan untuk tetap menjaga keindahan alam.
Lengkuas, akhirnya aku datang. Disambut dengan hangatnya sang mentari yang mulai tersipu malu oleh waktu dan aku pun terdiam. Betapa ciptaan-Nya begitu mempesona. Aku menarik napas, udara segar mulai masuk dan mengisi ruang alveolusku.
Malam mulai menyapa. Namun aku hanya membalas dengan penuh keluguan. Aku tertidur dalam dinginnya malam dan nyanyian ombak yang meninabobok-kan.  Hingga pagi pun datang. Aku terjaga dari lamunan ombak yang menghanyutkan dalam fananya mimpi. Angin sepoi seolah menuntunku menuju batuan granit raksasa sekitar pantai menyambut mentari yang segera tersenyum berseri menemani hari.
Lensa mataku mulai mendapatkan titik fokusnya pada langit itu. Mentari perlahan menampakkan semburat senyuman pada dunia. Batuan granit tersusun acak namun tetap indah dalam setiap pandangannya. Birunya laut beserta isinya tampak jelas, seolah menarikku untuk segara menjelajahinya.
Ditengah pulau ini terdapat mercusuar yang menjulang tinggi bak harapan. Dibangun oleh kolonial Belanda pada tahun 1882 dengan ketinggi mencapai 65 meter. Terdapat 18 lantai didalamnya dan 313 anak tangga untuk bisa mencapai puncaknya. Namun sayang, pengalaman untuk bisa mencapai puncak mercusuar itu kini benar-benar tinggal harapan. Sejak tahun 2017 pesona mercusuar hanya dapat dinikmati hingga laintai tiga saja.


Dari puncak mercusuar itu, pemandangan akan begitu lepas. Memandang birunya laut begitu puas. Begitu teraturnya ciptaan Tuhan. Terumbu karang seolah disusun mengikuti suatu pola yang begitu begitu menakjubkan. Birunya laut dan putihnya pasir membentuk garis pantai yang tak kalah memanjakan.

Lengkuas juga memiliki pantai yang tak kalah menawan. Sehingga tak  jarang snorkling dan diving menjadi salah satu pilihan. Terumbu karang tersusun indah dengan segerombolan ikan kecil yang menjadikannya sebagai tempat berlindung dari berbagai ancaman.  Serta ubur-ubur mungil yang menjadikan sengatan sebagai tameng dari bahaya.
Perjalananku akhirnya tuntas, setelah setiap centimeter dari pulau ini Aku  sentuh dengan penuh kekaguman. Berharap suatu saat dapat kembali menikmati keindahan Pulau Lengkuas. Ah, Aku puas.
Pulau Lengkuas menjadi salah satu bukti keajaban Tuhan. Salah satu keindahan alam yang dtitipkan pada Indonesia. Wajar saja bila ia disebut sebagai surganya dunia. Dan pada manusialah amanah itu dibebankan, oleh karenanya mari kita menjaga kelestarian alam dan jangan dicemarkan.

Komentar